Kopi Pantun: Gema Pilkada

Senin, 05 April 2010

Gema Pilkada

Bunglon merayap di ranting kayu
Daun putri malu terlihat layu
Musim pilkada sedang bersemi
Politisi bergerilya meraih simpati

Anjing menggongong di pagi hari
Melihat daging dalam lemari
Rebutan kesempatan dalam pilkada
Satu partai silang sengketa

Ular berbisa di tepi kali
Pandai mematok berkali-kali
Buru jabatan dalam pilkada
Teman seperjuangan disikat juga

Kancil melompat di punggung buaya
Ikan terlihat tidak berdaya
Rakyat bertekad pilkada bermutu
Partai berlomba melelang pintu

Di atas bukit elang mengintai
Di bawah pohon ayam bersantai
Bakal calon belum bertarung
Tim sukses sudah duluan bersabung

Anak ayam berjejer di kandang
Pagi hari enak dipandang
Pemilih pilkada bingung menampik
Semua baliho menyatakan terbaik

Di padang rumput ada keledai
Tak tahu melihat datangnya badai
Bakal calon sumpah-sumpahan
Demi Tuhan atau demi jabatan

Burung hantu di malam gulita
Bersuara sendu melihat pelita
Balon pilkada restu-restuan
Kunjungi dukun hingga kuburan

Burung merpati pandai terbang
Hinggap di pohon lupa kandang
Artis seksi pun berpilkada
Lupakan bule dan tutup dada

Tupai memanjat pohon bambu
Jatuh di atas punggung lembu
Bakal calon berprogram gratis
Pendidikan gratis hingga napas gratis

Makassar, 5 April 2010

1 komentar:

ajo amir7 Oktober 2017 pukul 23.14
Luar biasa, mantap bana pantunnyo. Tarimo kasih banyak ambo bisa baraja, pantun balega.
BalasHapus
Balasan

Tambahkan komentar

Silakan Komentari

Tabe'

Pantun adalah aset kultural manusia Nusantara. Semua etnis di jazirah ini, punya tradisi pantun sebagai sarana komunikasi ekspresif. Bermula dari tradisi lisan, kemudian tulisan, pantun menopang keluhuran tatakrama berkomunkasi.
Pantun di blog ini, mungkin tidak lagi sepenuhnya patuh pada kaidah keindahan merangkai kata-kata membangun makna berselimut metafor, untuk melukiskan kesantunan dan pekerti berkomunikasi. Pantun dalam blog ini dilandasi semangat menjaga tradisi perekat kemanusiaan ini agar tidak punah tergerus zaman yang terus berubah.
Dahulu, pantaun disampaikan dalam ritual dan tatakrama kesantunan. Namun, pantun dalam blog ini adalah pantun blak-blakan, polos, risih, bahkan juga genit dan nakal. Pantun yang mungkin kadang melepaskan selimut kaidah kepantunannya, untuk berasimilasi di tengah-tengah kebudayaan yang menutut segala sesuatu harus dikatakan secara terus terang.
Pantun yang diupayakan ikut memperkaya pelipur lara di tengah-tengah tradisi berbagai sengketa bisa diselesaikan di warung kopi. Ungkapan-ungkapan dalam pantun ’metal’ di blog ini kadang pahit bagai kopi tanpa gula. Tetapi dengan kepahitan kata-kata sambil meneguk kopi nikmat, bisa menghibur dengan menertawai kita, dan mungkin inspirasi.
Bila ada pihak yang merasa terciderai ungkapan-ungkapan pantun lewat blog ini, mohon maaf. Bukan maksud melukai sesama, tetapi ikhlas saling mengingatkan, karena di setiap ruang dan waktu, kritik adalah kebutuhan.

Salam hangat,

Mustam Arif
mustamarif@gmail.com

Bentuk Pantun

PANTUN terdiri atas empat baris atau dua baris setiap bait. Ciri pantun adalah bersajak atau memiliki keteraturan (kesamaan) bunyi dua huruf atau satu huruf di akhir kalimat, setiap baris. Pantun umumnya bersajak a b a b, tetapi juga bisa a a b b, atau a a a a. Pantun terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran merupakan ungkapan yang umumnya menggunakan benda-benda alam sebagai kiasan. Sedangkan isi adalah substansi atau maksud yang hendak disampaikan. Jika pantun hanya dua baris, maka kalimat baris pertama adalah sampiran dan baris kedua adalah isi. Jika pantun empat baris setiap bait, maka kalimat baris pertama dan kedua adalah sampiran, sementara kalimat baris ketiga dan keempat adalah isinya. Pantuan yang baik jika antara sampiran dan isi memiliki hubungan makna secara konotatif.