Pantun-pantun dalam blog ini juga didedikasikan mendukung anti korupsi

Rabu, 05 Januari 2011

Tahun Baru, Harapan Baru

Bunyi musik makin luluh
Badai menghempas di tanah rata
Kita melepas dua ribu sepuluh
Didera bencana dan air mata

Gulma di ladang terus tumbuh
Hama tanaman saling berangkum
Kita mepelas dua ribu sepuluh
Ternoda perbuatan mafia hukum

Pencuri malam gunakan suluh
Lari menggunakan sepeda motor
Kita melepas dua ribu sepuluh
Masih berkuasa para koruptor

Di laut perahu harus dikayuh
Di batu karang banyak gurita
Kita melepas dua ribu sepuluh
Ekonomi sukses, rakyat menderita

Di depan cermin mengalir peluh
Terkagum-kagum memandang badan
Kita melepas dua ribu sepuluh
Pejabat kita gila penghargaan

Dalam ombak buih bergemuruh
Di angkasa pelangi berkilauan
Kita melepas dua ribu sepuluh
Pemerintah kita memburu pencitraan

Keledai berjalan makin jauh
Pulang ke tempat diiringi lagu
Kita melepas dua ribu sepuluh
Presiden kita masih ragu-ragu

Kapal berayar ke samudra luas
Di atas laut banyak perahu
Kita memasuki dua ribu sebelas
Tahun baru dan harapan baru


Makassar, 1 Januari 2011

AFF dan Bola-bola Liar PSSI

Pondasi dibangun campuran semen
Di atas pondasi dibangun pagar
Nasionalisme kita menemukan momen
Dalam fanatisme di kulit bundar

Banyak hewan di taman ria
Balon-balon banyak berterbangan
Rakyat gembira bersuka ria
Timnas AFF panen kemenangan

Tumbuh jamur karena spora
Kalau ditabur dalam gulita
Gelora Bung Karno mebakar gelora
Suporter berpesta lupakan derita

Kucing kurus mandi di papan
Tikus berebutan di parit yang kotor
Bola-bola bergulir bangkitkan harapan
Di negeri persemaian para koruptor

Melukis awan gunakan pensil
Memandang langit sambil berdiri
Timnas bermain selincah kancil
Membantai lawan di kandang sendiri

Tupai lapar mencari ubi
Kelinci makan daun selada
Kemenangan Timnas bertubi-tubi
Politisi dan partai bertepuk dada

Mencari angin di udara yang panas
Di bawah pohon bisa terlena
Rakyat berkorban mendukung Timnas
Spanduk Ketua PSSI berkibar di arena

Kuda berlari di tepi kanal
Bunglon di daun mencari ranah
Baru menang di semi final
Ketua partai hibahkan tanah

Di arena pacuan kuda-kuda binal
Kuda tunggangan berkacamata
Petik kemenangan belum final
PSSI dan politisi duluan berpesta

Banyak lumpur dalam kubangan
Ada lintah dalam gelembung
PSSI dan politisi rayakan kemenangan
Timnas diboyong ke pesta terselubung

Ada benalu tumbuh di menara
Banyak jerami di tembok kaputren
Timnas diseret ke politisasi acara
Dari makan-makan sampai pesantren

Di atas meja hidangan nasi
Ada sambal gunakan terasi
Timnas dan pelatih tak konsentrasi
Antara latihan dan undangan politisi

Kalau mendaki di Gunung Himalaya
Tak bisa gunakan mobil panser
Garuda ditekuk Harimau Malaya
PSSI berdalih gatal-gatal dan laser

Waktu senja berolahraga
Pandangan mata tidak berbinar
PSSI dan politisi ikut berlaga
Pandai mengatur bola-bola liar

Di padang berlari anak gembala
Kuat tenaga di muda usia
Timnas akhirnya tak raih piala
Pelajaran berharga bagi Indonesia


Makassar, 30 Desember 2010

Senin, 06 Desember 2010

Kemelut Demokrasi dan Monarki

Enak sayur karena garam
Kalau beracun jangan dimakan
Kalau rakyat aman dan tenteram
Mengapa monarki dimasalahkan

Di bawah pohon ada bedil
Tak ada musuh jangan diledakkan
Kalau pemerintahan stabil dan adil
Mengapa monarki disengketakan

Angin berhembus seperti bisikan
Daun menjuntai seperti dasi
Kalau monarki tidak merugikan
Mengapa tidak diakomodasi

Semut hidup dalam koloni
Mencari makan di rerantingan
Kalau monarki bisa mengayomi
Mengapa dijadikan alat kepentingan

Di arena hiburan banyak paparasi
Datang menggunakan mobil mercy
Kalau demokrasi bisa beradaptasi
Mengapa dibikin seperti demo-crazy

Makassar, 1 Desember 2010

Drama Busyro dan Bambang

Di atas daun banyak ulat
Dari kepmpong tumbuh berkembang
Di gedung Senayan politisi bergulat
Memilih Busyro atau Bambang

Kalau bertanding tarik-tambang
Janganlah tarik sambil bersuara
Memilih Busyro atau Bambang
Seperti sebuah pentas sandiwara

Kalau ingin memancing iklan
Janganla perahu dibikin bocor
Di luar masyarakat sudah pastikan
Siapa yang dipilih para legislator

Jalan berliku dan juga berbecek
Jangan gunakan kacamata riben
Buat apa bercapek-capek
Kalau akhirnya pilihan presiden

Tak tampak isinya kue peye
Jangan dipilih satu persatu
Kalau akhirnya pilihan Pak Beye
Mengapa membuang biaya dan waktu

Paket hadiah dalam bungkusan
Susu perasan dibungkus anyaman
Buysro terpilih sebelum keputusan
Ada yang aman, ada yang nyaman

Rayap dan tikus bermain di halaman
Pandai sembunyi di parit yang kotor
Ada yang aman, ada yang nyaman
KPK dikebiri mafia dan koruptor

Gunung berapi pasti erupsi
Kalau di perut tersimpan magma
Jangan coba-coba berbuat korupsi
Sekecil apapun terbalas karma

Makassar, 26 November 2010

Balada Pahlawan Devisa

Sepat rasanya kulit manggis
Dimakan hewan tidak tersisa
Perempuan TKW bernasib tragis
Dibanggakan pemerintah pahlawan devisa

Lebah di pohon membuat sarang
Batang kering meranggas berdiri
Mencari nafkah ke negeri orang
Hidupi keluarga di negeri sendiri

Air keruh lambat mengalir
Jangan dikira obat mujarab
Dianiaya tragis bergilir-gilir
Hari ini di Malaysia, besok di Arab

Kalau memetik daun di ranting
Awas tubuh jatuh terbanting
Disirami air panas, bibir digunting
Menahan derita ada yang bunting

Memukul-mukul air di dulang
Paku di dulang sudah berkarat
Banyak kasus berulang-ulang
Pemerintah kita prihatin sesaat

Berduri-duri buah durian
Kalau enak dimakan lahap
Terbuka mata saat kejadian
Tertutup mata pada TKI gelap

Banyak hewan di peternakan
Kalau disuntik tak bisa merasa
TKW kita tak berpendidikan
Legislator belajar sambil tamasya

Di dalam kandang ular berbisa
Hewan lain dibuat mati
TKW menderita santuni devisa
Pajak 'digayus' sesuka hati

Dari Indonesia berlayar ke Malaysia
Jangan terapung dengan pelampung
Mari tegakkan martabat manusia
Nasib TKW jangan digantung

Makassar, 21 November 2010

Selasa, 16 November 2010

Berkorban dalam Kurban

Di atas mimbar kenakan surban
Memberi salam sebelum berkata
Mari berkorban di Idul Kurban
Di tengah bencana dan air mata

Hadiah dibungkus gunakan pita
Kalau dibuka janganlah lama
Kurban membunuh kebintangan kita
Untuk berbagi kebaikan sesama

Di dalam karang banyak gurita
Ada gurita yang punya bisa
Kurban menyembelih keserakahan kita
Yang sering mengorbankan sesama manusia

Anak macan pandai menyusu
Anak singa pandai bermain
Kurban memotong gejolak nafsu
Yang sering merampas hak orang lain

Ada gunung di hamparan lahan
Ada pohon tak bisa bertahan
Kurban memutus hasrat berlebihan
Yang cinta harta dan lupa Tuhan

Kalau duduk di atas permadani
Jangan hanya pandai bicara
Kurban menyadarkan kerakusan hewani
Yang gemar mencuri uang negara

Angin berhembus di semua kawasan
Fatamorgana di tanah gundukan
Kurban ditentukan kadar keikhlasan
Jangan berkorban untuk kedudukan


Makassar, 16 November 2010

Gayus Jadi Pesulap

Bunglon di daun kelihatan bodoh
Kalau malam berkulit gelap
Gayus kembali membuat heboh
Di dalam tahanan bermain sulap

Kuda lapar makan lalap
Lalapan dikunyah bersama tali
Di dalam tahanan bermain sulap
Simsalabim ada di Bali

Tikus di tanah pandai menggali
Mencari-cari makanan manis
Simsalabim ada di Bali
Abakadabra nonton tenis

Dalam panci sayur ditumis
Sayur enak lidah dimanja
Abakadabra nonton tenis
Tertangkap kamera santai aja

Roti terhidang di atas meja
Tak mau makan nasi dan jagung
Tertangkap kamera santai aja
Rutan Brimob pura-pura bingung

Harta karun di atas gunung
Jadi rebutan sampai berdarah
Rutan Brimob pura-pura bingung
Kepala Polri katanya marah

Pandai menyedot si dukun gurah
Sambil gunakan air dan santan
Kepala Polri katanya marah
Langsung mencopot kepala rutan

Banyak emas di dalam hutan
Emas tersimpan di pohon pinus
Langsung mencopot kepala rutan
Katanya menikmati suapan Gayus

Di ranting pohon banyak bulus
Pandai mengunyah buah rambutan
Katanya menikmati suapan Gayus
Dari mesin ATM bernama rutan

Banyak hama babi hutan
Sudah ditembak tak mau lari
Dari mesin ATM bernama rutan
Buah reformasi di tubuh Polri?


Makassar, 14 November 2010

Obama Datang

Surat kabar memuat warta
Berita ditulis gunakan pena
Mister Obama kunjungi Jakarta
Jadi hiburan di tengah bencana

Banyak balon terapung-apung
Hanyut sampai di Samudera India
Anak Menteng katanya pulang kampung
Disambut orang-orang gila nostalgia

Kancil di rimba hidup nomaden
Tangkas berlari di muda usia
Anak Menteng jadi presiden
Seperti cita-cita anak Indonesia

Kalau bermain di Tanah Menteng
Jangan lupa membawa whisky
Obama suka bakso-nasi goreng
Kami memuja ayam kentucky

Ditiup angin pohon tak runtuh
Di bawah pohon acara pengantin
Pidato Obama tegas menyentuh
Piadato di sini curhat dan prihatin

Banyak ikan di Benua Asia
Bajak laut di Benua Afrika
Obama bagian dari Indonesia
Sudah lama milik Amerika

Kursi dirajut gunakan rotan
Rotan dibungkus dengan kain sutra
Obama menyihir kata dan perbuatan
Bukan beretorika menjaga citra

Makassar, 7 November 2010

Rabu, 27 Oktober 2010

Bencana

Dalam gulita tak ada lampu
Tak bisa jalan di tanah rawa
Di Mantawai tsunami menyapu
Ratusan orang kehilangan nyawa

Banjir menghemas dasar pondasi
Menerjang halaman merusak pagar
Di Jawa Merapi sedang erupsi
Nyawa dan harta terkubur lahar

Ikan di laut banyak terdampar
Semunya ingin berenang di kolam
Di Jakarta genangan air terhampar
Mobil-mobil mewah macet terendam

Cicak-cicak merayap di dinding
Sibuk mencari hinggapnya lalat
Di luar negeri DPR studi banding
Belajar etika dengan uang rakyat

Makassar, 27 Oktober 2010

DPR Belajar Etika

Banyak binatang kancil dan kadal
Banyak pula sapi dan kambing
DPR tidak kehabisan akal
Selalu punya alasan studi banding

Banyak bunglon di padi tegalan
Tak bisa diusir para petani
Agar bisa kesempatan jalan-jalan
Belajar etika di negeri Yunani

Pahit rasanya kopi arabika
Kalau diminum jangan seketika
Jalan-jalan sambil belajar etika
Mumpung DPR lagi krisis etika

Pakaian kusut harus disetrika
Kalau dicuci gunakan busa
Kalaulah sudah belajar etika
Belajarlah ilmu pandai merasa

Kalau ingin memburu rusa
Jangan sembunyi di balik benalu
Kalaulah sudah pandai merasa
Belajarlah ilmu merasa malu

Potong roti gunakan sembilu
Sambil makan minum susu
Kalaulah sudah punya rasa malu
Belajarlah ilmu menahan nafsu

Kuda berlari telinganya bisu
Melihat ke padang rumput tersaji
Kalaulah bisa menahan nafsu
Belajarlah juga menepati berjanji

Padi merunduk karena berbiji
Di tengah sawah ada melati
Kalaulah sudah menepati janji
Belajarlah juga rendah hati

Ingin sakit minumlah jamu
Agar tubuh tetaplah sehat
Kalaulah sudah cukup berilmu
Jangan royal dengan uang rakyat


Makassar, 23 Oktober 2010

Senin, 25 Oktober 2010

Kalah Gertak RMS

Berkeliling kota naik sepeda
Jangan lupa singgah belanja
Memenuhi undangan Ratu Belanda
SBY berangkat menjelang senja

Burung berkicau di pohon cempaka
Terbang hinggap di bebatuan
Enam puluh lima tahun kita merdeka
Baru menerima surat pengakuan

Dalam ruangan mengalun lagu
Musik merdu kedengaran lantang
Dalam pesawat rombongan menunggu
SBY tampaknya belum juga datang

Perahu berlayar takkan kandas
Kalaulah layar bisa terangkat
Pesawat presiden tak lepas landas
Karena SBY tak mau berangkat

Banyak orang makan di kantin
Sambil makan bisa bercanda
SBY marah dan prihatin
RMS bikin sidang di Belanda

Menuntut ilmu di kota Leiden
Kalau perang belajar di Rusia
Katanya RMS menangkap presiden
Atas pelanggaran hak azasi manusia

Kalau keju dicampur selada
Enak rasanya tidak terasa
SBY batalkan lawatan ke Belanda
Antara ketakutan dan martabat bangsa

Ada garuda tergambar di dada
Ada gambar anak cicak
Karena membatalkan terbang ke Belanda
RMS dianggap berhasil menggertak

Elang terbang ke tengah lautan
Gugup memandang burung gelatik
Antara martabat bercampur ketakutan
SBY lupa kekebalan diplomatik

Makassar, 17 Oktober 2010

Teka-teki Calon Kapolri

Di padang luas ternak berbaris
Gembala memandu sambil berdiri
Di Medan sibuk menembak teroris
Presiden menimbang calon Kapolri

Duduk di atas tikar terhampar
Sambil gunakan kacamata riben
Para pengamat sibuk komentar
Calon Kapolri di kantong presiden

Pohon besar tumbuhnya rindang
Ditiup angin menari-nari
Setelah menimbang, menimbang, menimbang
Presiden usulkan calon Kapolri

Ikan diolah menjadi sarden
Bisa dimakan cucak rowo
Siapa gerangan usulan presiden
Nanan Sukarna dan Imam Sujarwo

Batang bambu tumbuh beruas
Malam hari hinggap kelelawar
Nanan dan Imam dari bursa Cikeas
Penghuni Senayan tawar menawar

Hewan melata tak pakai kaki
Kalau dikejar bisa berlari
Politisi dan pengamat berteka-teki
Siapa gerangan menjadi Kapolri

Besar batangnya pohon sagu
Bisa tumbuh di tanah berlembab
Nanan dan Imam sama-sama menunggu
Teka-teki merebak belum terjawab

Kursi rotan telah dirajut
Dirombak kembali ketika dianyam
Nanan dan Imam sama-sama terkejut
Terpental diseruduk si kuda hitam

Cahaya bulan diduga pagi
Duduk menunggu di dalam pendopo
Setelah menimbang dan menimbang lagi
Presiden pilih Timur Pradopo

Pungguk duduk memandang langit
Seperti ingin bernasib mujur
Si kuda hitam langsung melejit
Bagai memetik bintang timur

Kalau memanen buah nenas
Jangan dikarbit dengan merajam
Untuk memenuhi kehendak Cikeas
Pangkat melambung hitungan jam

Ban bocor bisa ditambal
Kalau robek tidak meletup
Calon Kapolri si calon tunggal
Bertemu DPR di ruang tertutup

Kuda dipacu tak mau berlari
Kalau di arena banyak suara
Aneh rasanya calon kapolri
Ujian DPR seperti sandiwara

Minyak kayu putih dari Pulau Buru
Tumpah di botol takkan harum
Banyak yang sangsi Kapolri baru
Mampu menumpas mafia hukum


Palu, 15 Oktober 2010

Senin, 27 September 2010

Membunuh Teroris, Teroris membunuh

Nyala api bagai jilatan
Kalau angin memberi hempasan
Terorisme terus mengancam keselamatan
Agama dibelokkan di jalan kekerasan

Di tengah gulita bunyi petasan
Ledakan di udara bagai kepakan
Berantas terorisme dengan kekerasan
Dendam dibalas dengan perampokan

Bom digunakan menangkap ikan
Terumbu karang hancur berantakan
Senjata digunakan melawan keyakinan
Jihad dijadikan semangat perlawanan

Kalau berbaris kaki dihentakkan
Tangan di pinggang ikut digoyangkan
Teror ledakan ke perampokan
Teroris dan perampok saling manfaatkan

Menangkap burung dengan jebakan
Perangkap dirusak hewan tangkapan
Tangkap teroris dengan tembakan
Polisi dibunuh dengan senapan

Kalau menunggang sapi karapan
Jangan berlari di luar pinggiran
Gagah perkasa densus delapan-delapan
Berantas terorisme jangan sendirian

Racun dikirim lewat bungkusan
Jangan dikira bingkisan makanan
Terosisme butuh pendekatan kemanusiaan
Jangan bertindak sesuai pesanan

Ayam terkurung dalam kurungan
Melihat burung terbang di awan
Berantas teroris dengan peperangan
Terorisme tumbuh bagaikan cendawan

Ular kobra membiak di hutan
Kalau malam merayap ke halaman
Terorisme musuh kemanusiaan
Harus dihadapi secara bersamaan


Makassar, 23 September 2010



Kamis, 23 September 2010

Tuhan Dibakar dan Ditusuk

Pohon mati karena lapuk akar
Kalau di tanah racun merasuk
Di Amerika Qur'an dibakar
Di Bekasi pendeta ditusuk

Lipan sembunyi dalam jerami
Kalau menggigit tersengat bisanya
Amarah membara buta nurani
Ajaran Tuhan dibakar fisiknya

Lintah di semak mencari darah
Kalau menggigit besar tubuhnya
Keyakinan disekap dengan amarah
Gembala Tuhan ditusuk fisiknya

Jangan mengganggu ular berbisa
Kalau berada di tanah petakan
Agama memandu hidup manusia
Mengapa keyakinan disengketakan

Matahari sinari penjuru dunia
Jangan melihat sambil berbalik
Satu Tuhan untuk semua
Mengapa agama dijadikan konflik

Di hutan pohon tumbuh sendiri
Tempat hewan mencari makan
Surga dan neraka ditentukan sendiri
Mengapa keimanan dipaksakan

Lampu pelita nyalanya redup
Karena diisi minyak yang busuk
Kalau menghendaki keselamatan hidup
Janganlah Tuhan dibakar ditusuk


Sinjai, 13 September 2010

Legislator Hight Cost

Kalau mabuk minum sampanye
Jangan membaca ayat-ayat
Saat caleg berkampanye
Berjanji memenuhi kesejahteraan rakyat

Buang kertas di tumpukan sampah
Dikerumuni semut dan lalat
Saat berkampanye berani bersumpah
Akan berjuang demi rakyat

Dalam parit terlihat kotor
Tiang besi kelihatan berkarat
Saat menjadi calon legislator
Seluruh napasnya atasnamakan rakyat

Di pinggir pantai banyak nelayan
Masih banyak hidup melarat
Ketika terpilih bertahta di Senayan
Mulai menguras uang rakyat

Emas tersimpan di batu cadas
Banyak menggali gunakan alat
Ketika menjadi wakil yang cerdas
Jago argumen tuk pakai uang rakyat

Kalau duduk di tempat keramat
Daging sesaji disayat-sayat
Saat menjadi lagislator terhormat
Bernapas pun dilayani dengan uang rakyat

Masak gulai dan sambal terasi
Semua makanan habis diembat
Demi kenyamanan berlegislasi
Bangun gedung mewah dengan uang rakyat

Banyak cangkang kepiting dan udang
Mencengkram mangsa langsung melumat
Agar maksimal bikin undang-undang
Peknik luar negeri dengan uang rakyat

Melihat hantu katanya ghost
Hantu-hantuan terus bergulat
Wakil-wakil kita, legislator hight cost
Bersenang di atas penderitaan rakyat


Makassar, 16 September 2010

Selasa, 07 September 2010

Idul Fitri, Jagalah Puasa

Biji pepohonan bergegas tumbuh
Di sungai membiak ikan patin
Setelah berpuasa sebulan penuh
Mohon maaf lahir dan batin

Kalau hendak makan di kantin
Jangan sembunyi dalam ruangan
Mohon maaf lahir dan batin
Jangan hanya jabat di tangan

Kembang tumbuh di pekarangan
Daunnya rimbun dan hijau
Jangan hanya jabat di tangan
Jangan hanya pakaian berkilau

Sawah dibajak pakai kerbau
Menanam padi dan tanam talas
Jangan hanya pakaian berkilau
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas

Air bening di dalam gelas
Jangan dicelup besi batangan
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan

Banyak lumpur dalam kubangan
Banyak lumut yang melapisi
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan
Jangan bersedekah demi gengsi

Banyak ulat di daun trembesi
Akar tak bisa menahan abrasi
Jangan bersedekah demi gengsi
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi

Minyak pelumas tumpah di garasi
Ada bensin yang tersisa
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi
Agar berpuasa tidak sia-sia

Kapal berlayar ke andalusia
Ditimpa badai layar tersangkut
Agar puasa tidak sia-sia
Jagalah puasa sampai Ramadhan berikut


Makassar, 7 September 2010

Senin, 06 September 2010

Legislator di Awan

Kisah tragedi pentas di panggung
Tokoh antagonis anak perawan
DPR kita membangun gedung
Mewah menjulang di awa-awan

Di televisi cerita si Komo
Anak yang nonton minta jajanan
Untuk tidak terusik demo
Legislator berkantor di atas awan

Anak muda kenakan dasi
Di tepi laut mainkan kail
Kalau penat di rapat komisi
Legislator berenang sambil ngemil

Di atas meja santap nasi
Sedang makan jangan disapa
Kalau capek terima aspirasi
Legislator berendam di kolam spa

Buah ranum masak sempurna
Jatuh tersangkut di tiang menara
Kalau ngantuk di rapat peripurna
Ada kamar bebas kamera

Pohon lebat sembunyi bulus
Saat melompat tak ada bayangan
Kalau wajah sedikit tak mulus
Legislator dirawat di salon kayangan

Simpan buah dalam kulkas
Diikat rapi tali-temali
Agar pikiran tak terkuras
Legislator dilayani banyak staf ahli

Anak raja tampan rupawan
Mencari bayangan di lumpur rawa
Gedung mewah di atas awan
Para legislator bagaikan dewa

Banyak penduduk di tanah Jawa
Jago sulap dan bela diri
Para legislator bagaikan dewa
Yang dilayani para bidadari

Mawar berbunga batang berduri
Kalau dipetik jangan sendiri
Para legislator dilayani bidadari
Rakyat yang diwakili mati berdiri

Batu bergulir di tanah yang landai
Menimpa badan tidak terasa
Legislator kita merasa pandai
Tapi tidak pandai merasa

Tanam pohon di atas lahan
Pohon menimpa para petani
Legislator kita manusia pilihan
Tinggi kecerdasan minus nurani


Makassar, 4 September 2010

Banyak Perampok

Ular semak kulitnya berlurik
Pandai merayap dalam selokan
Aparat hukum tidak bisa berkutik
Di mana-mana aksi perampokan

Hewan liar butuhkan pakan
Kalau ditangkap pakai perangkap
Di mana-mana aksi perampokan
Banyak pelaku tak bisa ditangkap

Tumpukan kertas berangkap-rangkap
Kalau berat tak bisa diangkat
Banyak pelaku tak bisa ditangkap
Perampok selalu gegerkan masyarakat

Banyak yang bangga kalau berpangkat
Seperti gagak kepakkan sayap
Perampok selalu gegerkan masyarakat
Aksi koruptor mulus dan senyap

Korba di padang pandai merayap
Mencari mangsa di batu tepian
Aksi koruptor mulus dan senyap
Penegak hukum dapat bagian

Kalau berjalan di semak dan hutan
Badan diincar berbagai lintah
Penegak hukum dapat bagian
Kalau ketahuan pandai membantah

Tupai makan kelapa mentah
Buah di pohon tidak tersisa
Kalau ketahuan pandai membantah
Proses hukum bisa direkayasa

Banyak tikus tak bisa merasa
Kalau banyak makanan harum
Proses hukum bisa direkayasa
Keadilan ditentukan mafia hukum

Bunga bangkai berkuntum-kuntum
Tangkai berdiri seperti patok
Keadilan ditentukan mafia hukum
Koruptor pandai dan nyaman merampok

Makassar, 1 September 2010

Sabtu, 28 Agustus 2010

Serumpun Sengketa

Rumah gadang tempat berhimpun
Di bawah kolong ada hewan melata
Bersama-sama bangsa serumpun
Satu jazirah subur sengketa

Daun di dahan hendaklah layu
Kalau benalu selalu membalut
Bersama-sama bumi Melayu
Amarah membara gampang tersulut

Anak belia menjalin karib
Untuk mencari banyak kerabat
Sesama jiran sesama nasib
Janganlah saling singgung martabat

Perahu tertambat di tepi dermaga
Penumpang jenuh berlama-lama
Kalau persaudaraan hendak dijaga
Pagar batas disepakati bersama

Kapal berlayar tujuan searah
Bersama-sama pandai berlomba
Negeri serumpun satu sejarah
Tangkallah laknat yang mengadu-domba

Nasi dimasak menjadi bubur
Uap di kuali menjadi embun
Di timur tengah hancur lebur
Karena peperangan bangsa serumpun

Di lahan banyak kembang jepun
Banyak jerami merambat di sulur
Mari merawat samagat serumpun
Bara perbatasan jangan diulur


Makassar, 26 Agustus 2010

Selasa, 17 Agustus 2010

Merdeka

Bangun rumah membuat kerangka
Rumah impian nan menawan
Hari ini hari merdeka
Terima kasih wahai pahlawan

Harum baunya buah nagka
Kalau masak jatuh mendera
Hari ini hari merdeka
Kami sibuk upacara bendera

Warna balon yang beraneka
Bergerak-gerak merangkai gaya
Hari ini hari merdeka
Kami nyanyikan Indonesia Raya

Patung di taman bagai boneka
Kalau dilihat seperti berbicara
Hari ini hari merdeka
Kami hafal dasar negara

Kalau ingin membuat koteka
Jangan gunakan buah yang langka
Hari ini hari merdeka
Rasa-rasanya belum merdeka

Alangka panas api neraka
Pedih rasanya tertusuk jarum
Hari ini hari merdeka
Kami terjajah mafia hukum

Kalau mencari malapetaka
Perahu berlayar jangan dibocor
Hari ini hari merdeka
Negeri kami dijajah koruptor

Tangkas nian para karateka
Pandai juga bermain gasing
Hari ini hari merdeka
Sumber daya alam dikuras asing

Kalau ingin menulis angka
Jangan tangan menyebar kuman
Hari ini hari merdeka
Keyakinan mengancam keberagaman

Pergi mencari buah semangka
Padih rasanya lapar di lambung
Hari ini hari merdeka
Harga sembako terus melambung

Ulat bukan binatang langka
Daun dan buah pun dihabisi
Hari ini belum merdeka
Mari berperang melawan korupsi


Makassar, 17 Agustus 2010