Nyala api bagai jilatan
Kalau angin memberi hempasan
Terorisme terus mengancam keselamatan
Agama dibelokkan di jalan kekerasan
Di tengah gulita bunyi petasan
Ledakan di udara bagai kepakan
Berantas terorisme dengan kekerasan
Dendam dibalas dengan perampokan
Bom digunakan menangkap ikan
Terumbu karang hancur berantakan
Senjata digunakan melawan keyakinan
Jihad dijadikan semangat perlawanan
Kalau berbaris kaki dihentakkan
Tangan di pinggang ikut digoyangkan
Teror ledakan ke perampokan
Teroris dan perampok saling manfaatkan
Menangkap burung dengan jebakan
Perangkap dirusak hewan tangkapan
Tangkap teroris dengan tembakan
Polisi dibunuh dengan senapan
Kalau menunggang sapi karapan
Jangan berlari di luar pinggiran
Gagah perkasa densus delapan-delapan
Berantas terorisme jangan sendirian
Racun dikirim lewat bungkusan
Jangan dikira bingkisan makanan
Terosisme butuh pendekatan kemanusiaan
Jangan bertindak sesuai pesanan
Ayam terkurung dalam kurungan
Melihat burung terbang di awan
Berantas teroris dengan peperangan
Terorisme tumbuh bagaikan cendawan
Ular kobra membiak di hutan
Kalau malam merayap ke halaman
Terorisme musuh kemanusiaan
Harus dihadapi secara bersamaan
Makassar, 23 September 2010
Senin, 27 September 2010
Membunuh Teroris, Teroris membunuh
Label:
kopi-pantun,
makassar,
mustam-arif,
pantun,
teroris
Kamis, 23 September 2010
Tuhan Dibakar dan Ditusuk
Pohon mati karena lapuk akar
Kalau di tanah racun merasuk
Di Amerika Qur'an dibakar
Di Bekasi pendeta ditusuk
Lipan sembunyi dalam jerami
Kalau menggigit tersengat bisanya
Amarah membara buta nurani
Ajaran Tuhan dibakar fisiknya
Lintah di semak mencari darah
Kalau menggigit besar tubuhnya
Keyakinan disekap dengan amarah
Gembala Tuhan ditusuk fisiknya
Jangan mengganggu ular berbisa
Kalau berada di tanah petakan
Agama memandu hidup manusia
Mengapa keyakinan disengketakan
Matahari sinari penjuru dunia
Jangan melihat sambil berbalik
Satu Tuhan untuk semua
Mengapa agama dijadikan konflik
Di hutan pohon tumbuh sendiri
Tempat hewan mencari makan
Surga dan neraka ditentukan sendiri
Mengapa keimanan dipaksakan
Lampu pelita nyalanya redup
Karena diisi minyak yang busuk
Kalau menghendaki keselamatan hidup
Janganlah Tuhan dibakar ditusuk
Sinjai, 13 September 2010
Kalau di tanah racun merasuk
Di Amerika Qur'an dibakar
Di Bekasi pendeta ditusuk
Lipan sembunyi dalam jerami
Kalau menggigit tersengat bisanya
Amarah membara buta nurani
Ajaran Tuhan dibakar fisiknya
Lintah di semak mencari darah
Kalau menggigit besar tubuhnya
Keyakinan disekap dengan amarah
Gembala Tuhan ditusuk fisiknya
Jangan mengganggu ular berbisa
Kalau berada di tanah petakan
Agama memandu hidup manusia
Mengapa keyakinan disengketakan
Matahari sinari penjuru dunia
Jangan melihat sambil berbalik
Satu Tuhan untuk semua
Mengapa agama dijadikan konflik
Di hutan pohon tumbuh sendiri
Tempat hewan mencari makan
Surga dan neraka ditentukan sendiri
Mengapa keimanan dipaksakan
Lampu pelita nyalanya redup
Karena diisi minyak yang busuk
Kalau menghendaki keselamatan hidup
Janganlah Tuhan dibakar ditusuk
Sinjai, 13 September 2010
Label:
kopi-pantun,
makassar,
mustam-arif,
pantun,
tuhan
Legislator Hight Cost
Kalau mabuk minum sampanye
Jangan membaca ayat-ayat
Saat caleg berkampanye
Berjanji memenuhi kesejahteraan rakyat
Buang kertas di tumpukan sampah
Dikerumuni semut dan lalat
Saat berkampanye berani bersumpah
Akan berjuang demi rakyat
Dalam parit terlihat kotor
Tiang besi kelihatan berkarat
Saat menjadi calon legislator
Seluruh napasnya atasnamakan rakyat
Di pinggir pantai banyak nelayan
Masih banyak hidup melarat
Ketika terpilih bertahta di Senayan
Mulai menguras uang rakyat
Emas tersimpan di batu cadas
Banyak menggali gunakan alat
Ketika menjadi wakil yang cerdas
Jago argumen tuk pakai uang rakyat
Kalau duduk di tempat keramat
Daging sesaji disayat-sayat
Saat menjadi lagislator terhormat
Bernapas pun dilayani dengan uang rakyat
Masak gulai dan sambal terasi
Semua makanan habis diembat
Demi kenyamanan berlegislasi
Bangun gedung mewah dengan uang rakyat
Banyak cangkang kepiting dan udang
Mencengkram mangsa langsung melumat
Agar maksimal bikin undang-undang
Peknik luar negeri dengan uang rakyat
Melihat hantu katanya ghost
Hantu-hantuan terus bergulat
Wakil-wakil kita, legislator hight cost
Bersenang di atas penderitaan rakyat
Makassar, 16 September 2010
Jangan membaca ayat-ayat
Saat caleg berkampanye
Berjanji memenuhi kesejahteraan rakyat
Buang kertas di tumpukan sampah
Dikerumuni semut dan lalat
Saat berkampanye berani bersumpah
Akan berjuang demi rakyat
Dalam parit terlihat kotor
Tiang besi kelihatan berkarat
Saat menjadi calon legislator
Seluruh napasnya atasnamakan rakyat
Di pinggir pantai banyak nelayan
Masih banyak hidup melarat
Ketika terpilih bertahta di Senayan
Mulai menguras uang rakyat
Emas tersimpan di batu cadas
Banyak menggali gunakan alat
Ketika menjadi wakil yang cerdas
Jago argumen tuk pakai uang rakyat
Kalau duduk di tempat keramat
Daging sesaji disayat-sayat
Saat menjadi lagislator terhormat
Bernapas pun dilayani dengan uang rakyat
Masak gulai dan sambal terasi
Semua makanan habis diembat
Demi kenyamanan berlegislasi
Bangun gedung mewah dengan uang rakyat
Banyak cangkang kepiting dan udang
Mencengkram mangsa langsung melumat
Agar maksimal bikin undang-undang
Peknik luar negeri dengan uang rakyat
Melihat hantu katanya ghost
Hantu-hantuan terus bergulat
Wakil-wakil kita, legislator hight cost
Bersenang di atas penderitaan rakyat
Makassar, 16 September 2010
Label:
kopi-pantun,
legislator,
makassar,
mustam-arif,
pantun
Selasa, 07 September 2010
Idul Fitri, Jagalah Puasa
Biji pepohonan bergegas tumbuh
Di sungai membiak ikan patin
Setelah berpuasa sebulan penuh
Mohon maaf lahir dan batin
Kalau hendak makan di kantin
Jangan sembunyi dalam ruangan
Mohon maaf lahir dan batin
Jangan hanya jabat di tangan
Kembang tumbuh di pekarangan
Daunnya rimbun dan hijau
Jangan hanya jabat di tangan
Jangan hanya pakaian berkilau
Sawah dibajak pakai kerbau
Menanam padi dan tanam talas
Jangan hanya pakaian berkilau
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas
Air bening di dalam gelas
Jangan dicelup besi batangan
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan
Banyak lumpur dalam kubangan
Banyak lumut yang melapisi
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan
Jangan bersedekah demi gengsi
Banyak ulat di daun trembesi
Akar tak bisa menahan abrasi
Jangan bersedekah demi gengsi
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi
Minyak pelumas tumpah di garasi
Ada bensin yang tersisa
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi
Agar berpuasa tidak sia-sia
Kapal berlayar ke andalusia
Ditimpa badai layar tersangkut
Agar puasa tidak sia-sia
Jagalah puasa sampai Ramadhan berikut
Makassar, 7 September 2010
Di sungai membiak ikan patin
Setelah berpuasa sebulan penuh
Mohon maaf lahir dan batin
Kalau hendak makan di kantin
Jangan sembunyi dalam ruangan
Mohon maaf lahir dan batin
Jangan hanya jabat di tangan
Kembang tumbuh di pekarangan
Daunnya rimbun dan hijau
Jangan hanya jabat di tangan
Jangan hanya pakaian berkilau
Sawah dibajak pakai kerbau
Menanam padi dan tanam talas
Jangan hanya pakaian berkilau
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas
Air bening di dalam gelas
Jangan dicelup besi batangan
Zakat dan sedekah tulus dan ikhlas
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan
Banyak lumpur dalam kubangan
Banyak lumut yang melapisi
Agar yang miskin juga nikmati kemenangan
Jangan bersedekah demi gengsi
Banyak ulat di daun trembesi
Akar tak bisa menahan abrasi
Jangan bersedekah demi gengsi
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi
Minyak pelumas tumpah di garasi
Ada bensin yang tersisa
Bersihkan pemberian dari sumber korupsi
Agar berpuasa tidak sia-sia
Kapal berlayar ke andalusia
Ditimpa badai layar tersangkut
Agar puasa tidak sia-sia
Jagalah puasa sampai Ramadhan berikut
Makassar, 7 September 2010
Label:
idul-fitri,
kopi-pantun,
makassar,
mustam-arif,
pantun
Senin, 06 September 2010
Legislator di Awan
Kisah tragedi pentas di panggung
Tokoh antagonis anak perawan
DPR kita membangun gedung
Mewah menjulang di awa-awan
Di televisi cerita si Komo
Anak yang nonton minta jajanan
Untuk tidak terusik demo
Legislator berkantor di atas awan
Anak muda kenakan dasi
Di tepi laut mainkan kail
Kalau penat di rapat komisi
Legislator berenang sambil ngemil
Di atas meja santap nasi
Sedang makan jangan disapa
Kalau capek terima aspirasi
Legislator berendam di kolam spa
Buah ranum masak sempurna
Jatuh tersangkut di tiang menara
Kalau ngantuk di rapat peripurna
Ada kamar bebas kamera
Pohon lebat sembunyi bulus
Saat melompat tak ada bayangan
Kalau wajah sedikit tak mulus
Legislator dirawat di salon kayangan
Simpan buah dalam kulkas
Diikat rapi tali-temali
Agar pikiran tak terkuras
Legislator dilayani banyak staf ahli
Anak raja tampan rupawan
Mencari bayangan di lumpur rawa
Gedung mewah di atas awan
Para legislator bagaikan dewa
Banyak penduduk di tanah Jawa
Jago sulap dan bela diri
Para legislator bagaikan dewa
Yang dilayani para bidadari
Mawar berbunga batang berduri
Kalau dipetik jangan sendiri
Para legislator dilayani bidadari
Rakyat yang diwakili mati berdiri
Batu bergulir di tanah yang landai
Menimpa badan tidak terasa
Legislator kita merasa pandai
Tapi tidak pandai merasa
Tanam pohon di atas lahan
Pohon menimpa para petani
Legislator kita manusia pilihan
Tinggi kecerdasan minus nurani
Makassar, 4 September 2010
Tokoh antagonis anak perawan
DPR kita membangun gedung
Mewah menjulang di awa-awan
Di televisi cerita si Komo
Anak yang nonton minta jajanan
Untuk tidak terusik demo
Legislator berkantor di atas awan
Anak muda kenakan dasi
Di tepi laut mainkan kail
Kalau penat di rapat komisi
Legislator berenang sambil ngemil
Di atas meja santap nasi
Sedang makan jangan disapa
Kalau capek terima aspirasi
Legislator berendam di kolam spa
Buah ranum masak sempurna
Jatuh tersangkut di tiang menara
Kalau ngantuk di rapat peripurna
Ada kamar bebas kamera
Pohon lebat sembunyi bulus
Saat melompat tak ada bayangan
Kalau wajah sedikit tak mulus
Legislator dirawat di salon kayangan
Simpan buah dalam kulkas
Diikat rapi tali-temali
Agar pikiran tak terkuras
Legislator dilayani banyak staf ahli
Anak raja tampan rupawan
Mencari bayangan di lumpur rawa
Gedung mewah di atas awan
Para legislator bagaikan dewa
Banyak penduduk di tanah Jawa
Jago sulap dan bela diri
Para legislator bagaikan dewa
Yang dilayani para bidadari
Mawar berbunga batang berduri
Kalau dipetik jangan sendiri
Para legislator dilayani bidadari
Rakyat yang diwakili mati berdiri
Batu bergulir di tanah yang landai
Menimpa badan tidak terasa
Legislator kita merasa pandai
Tapi tidak pandai merasa
Tanam pohon di atas lahan
Pohon menimpa para petani
Legislator kita manusia pilihan
Tinggi kecerdasan minus nurani
Makassar, 4 September 2010
Label:
kopi-pantun,
legislator,
makasar,
mustam-arif,
pantun
Banyak Perampok
Ular semak kulitnya berlurik
Pandai merayap dalam selokan
Aparat hukum tidak bisa berkutik
Di mana-mana aksi perampokan
Hewan liar butuhkan pakan
Kalau ditangkap pakai perangkap
Di mana-mana aksi perampokan
Banyak pelaku tak bisa ditangkap
Tumpukan kertas berangkap-rangkap
Kalau berat tak bisa diangkat
Banyak pelaku tak bisa ditangkap
Perampok selalu gegerkan masyarakat
Banyak yang bangga kalau berpangkat
Seperti gagak kepakkan sayap
Perampok selalu gegerkan masyarakat
Aksi koruptor mulus dan senyap
Korba di padang pandai merayap
Mencari mangsa di batu tepian
Aksi koruptor mulus dan senyap
Penegak hukum dapat bagian
Kalau berjalan di semak dan hutan
Badan diincar berbagai lintah
Penegak hukum dapat bagian
Kalau ketahuan pandai membantah
Tupai makan kelapa mentah
Buah di pohon tidak tersisa
Kalau ketahuan pandai membantah
Proses hukum bisa direkayasa
Banyak tikus tak bisa merasa
Kalau banyak makanan harum
Proses hukum bisa direkayasa
Keadilan ditentukan mafia hukum
Bunga bangkai berkuntum-kuntum
Tangkai berdiri seperti patok
Keadilan ditentukan mafia hukum
Koruptor pandai dan nyaman merampok
Makassar, 1 September 2010
Pandai merayap dalam selokan
Aparat hukum tidak bisa berkutik
Di mana-mana aksi perampokan
Hewan liar butuhkan pakan
Kalau ditangkap pakai perangkap
Di mana-mana aksi perampokan
Banyak pelaku tak bisa ditangkap
Tumpukan kertas berangkap-rangkap
Kalau berat tak bisa diangkat
Banyak pelaku tak bisa ditangkap
Perampok selalu gegerkan masyarakat
Banyak yang bangga kalau berpangkat
Seperti gagak kepakkan sayap
Perampok selalu gegerkan masyarakat
Aksi koruptor mulus dan senyap
Korba di padang pandai merayap
Mencari mangsa di batu tepian
Aksi koruptor mulus dan senyap
Penegak hukum dapat bagian
Kalau berjalan di semak dan hutan
Badan diincar berbagai lintah
Penegak hukum dapat bagian
Kalau ketahuan pandai membantah
Tupai makan kelapa mentah
Buah di pohon tidak tersisa
Kalau ketahuan pandai membantah
Proses hukum bisa direkayasa
Banyak tikus tak bisa merasa
Kalau banyak makanan harum
Proses hukum bisa direkayasa
Keadilan ditentukan mafia hukum
Bunga bangkai berkuntum-kuntum
Tangkai berdiri seperti patok
Keadilan ditentukan mafia hukum
Koruptor pandai dan nyaman merampok
Makassar, 1 September 2010
Langganan:
Postingan (Atom)